Buntut Ledakan Beirut, Demonstran Lebanon Gaungkan Pemberontakan

- 10 Agustus 2020, 22:46 WIB
Kerusuhan di Jalanan Beirut, Lebanon. (Aljazeera)
Kerusuhan di Jalanan Beirut, Lebanon. (Aljazeera) /Aljazeera



JAKSELNEWS.COM
- Kemarahan warga Lebanon memuncak menyusul ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut pekan lalu. Mereka menggelar demonstrasi yang berujung rusuh.

Demonstran bahkan mengecam dan menuntut penggulingan para pemimpin Lebanon. Ancaman pemberontakan ini diserukan oleh warga sejak 9 Agustus 2020.

Ledakan dahsyat pada Selasa, 4 Agustus 2020 lalu dianggap oleh warga sebagai bentuk kelalaian pemerintah Lebanon. Kelalaian ini memicu masyarakat menuntut agar seluruh jajaran pemerintah Lebanon mengundurkan diri.

Seruan ini juga disampaikan oleh Kepala Gereja Maronit, Batrik Bechara Boutros Al-Rahi. Al-Rahi menuntut agar kabinet mundur jika tidak bisa mengubah caranya mengelola pemerintahan.

"Pengunduran diri seorang anggota parlemen atau menteri tidak cukup, seluruh pemerintah harus mengundurkan diri jika tidak dapat membantu negara pulih," seru Al-Rahi dalam khotbah Minggu lalu sebagaimana dikutip Jakselnews.com dari artikel Pikiran-rakyat.com berjudul Beirut Diguncang Unjuk Rasa, Warga Lebanon Serukan Pemberontakan.

Selaras dengan tuntutan warga, Manal Abdel Samad, Menteri Penerangan Lebanon memutuskan untuk mengundurkan diri. Bagi Manal, kejadian ledakan dahsyat tersebut adalah bentuk kegagalan pemerintah serta perlunya reformasi.

Berbagai tuntutan juga disampaikan oleh warga melalui aksi massa. Melansir laporan Reuters yang dikutip Antara, pada 8 Agustus 2020, puluhan orang terluka dalam aksi protes.

Bertempat di Martyrs ‘Square, 10.000 aksi massa yang mencoba mendobrak penghalang di sepanjang jalan menuju parlemen memicu bentrokan dengan polisi di malam hari. Kementerian pemerintahan dan Asosiasi Bank Lebanon juga menjadi sasaran para pengunjuk rasa.

Tembakan tabung gas air mata dari arah polisi bertukar dengan lemparan batu dan petasan dari arah pengunjuk rasa. Akibatnya beberapa pengunjuk rasa perlu mendapatkan perawatan medis, sedangkan seorang polisi dilaporkan gugur.

Pada hari Sabtu yang sama, Palang Merah setempat mengatakan telah merawat 117 orang akibat cedera, sedangkan 55 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit.

Di hari Minggu, tentara dengan senapan ditempatkan di samping kawasan Martyrs ‘Square.

Pengacara Maya Habli yang saat itu mengamati pelabuhan yang hancur akibat ledakan mengatakan, "Orang-orang harus tidur di jalanan dan berdemonstrasi menentang pemerintah sampai pemerintah jatuh".

Tercatat, 158 orang tewas, lebih dari 6000 orang luka-luka, dan 21 lainnya dilaporkan menghilang akibat ledakan tersebut. Selain itu, sebagian kota hancur dan memunculkan ancaman krisis politik dan ekonomi selama berbulan-bulan.

Sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang menjadi sebab ledakan tersebut dikabarkan oleh perdana menteri dan kepresidenan telah tersimpan di gudang selama enam tahun tanpa penanganan yang jelas. Untuk hal ini, pemerintah Lebanon sedang mengupayakan untuk mencari pertanggungjawaban pihak-pihak yang terkait.

Editor: Setiawan R.
Sumber: Pikiran-rakyat.com/Abdul Muhaemin

Editor: Setiawan R

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

x