KSP: Angka Kemiskinan dan Pengangguran di Papua dan Papua Barat Turun Jadi 27,53 Persen

- 1 Desember 2020, 12:30 WIB
Pembangunan Jalan Trans Papua Yalimo-Jayawijaya (Foto: ANTARA via KSP.id)
Pembangunan Jalan Trans Papua Yalimo-Jayawijaya (Foto: ANTARA via KSP.id) /

JAKARTA – Angka kemiskinan di Papua dinilai turun dari 28,40 persen menjadi 27,53 persen, sementara di Papua Barat angka kemiskinan juga turun dari 25,72 persen menjadi 22,17 persen.  Penurunan itu menurut Kantor Staf Presiden dilihat dari berbagai indikator yang menunjukkan kondisi sosial ekonomi periode 2015-2019. 

Selain itu, dalam periode tersebut Indeks Pembangunan Manusia Papua naik dari 57,25 ke 60,84, sedangkan Papua Barat dari 61,73 ke 64,7. Perbaikan itu sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

“Bukti transformasi ekonomi berjalan baik di Papua,” ujar Tenaga Ahli Utama Kedeputian III Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono di Jakarta, Selasa (1/12).

Edy menambahkan, studi yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuian Indonesia (LIPI) dan The Asia Foundation pada tahun 2018 menunjukkan, pembangunan jaringan jalan telah memperbaiki kehidupan sosial ekonomi masyarakat melalui perbaikan konektivitas. Peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat karena mereka bisa menjual barang dagangan ke luar daerah dalam jumlah lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

Selain itu, perbaikan konektivitas juga memperbaiki kehidupan sosial, karena masyarakat bisa lebih sering saling mengunjungi. “Pembangunan jalan mendorong penurunan biaya dan waktu tempuh,” ujar Edy

Indikator lainnya menurut Edy, Koefisien Gini Papua yang naik sedikit dari 0,392 (2015) menjadi 0,394 (2019). Sedangkan di Papua Barat membaik, yaitu dari 0,428 pada 2015 menjadi 0,386 pada 2019.

Sementara itu, lanjut Edy, tingkat pengangguran terbuka dua provinsi tersebut mengalami penurunan selama periode 2015-2019, yaitu dari 3,99 persen menjadi 3,65 persen untuk Papua dan dari 8,08 persen menjadi 6,24 persen untuk Papua Barat.

Edy mengakui, pertumbuhan ekonomi Papua pada 2019 memang negatif, disebabkan oleh penurunan tajam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor pertambangan akibat transisi sistem produksi PT Freeport dari tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah. Tetapi jika dengan mengeluarkan sektor pertambangan, pertumbuhan ekonomi Papua 2019 cukup bagus, yaitu 5,03 (ketika pertumbuhan ekonomi nasional 5,02%).

“Artinya kita bisa mengatakan bahwa secara umum distribusi pendapatan di wilayah Papua dan Papua Barat membaik,” ungkap Edy.

Di sisi lain, pada akhir 2019 pemerintah meresmikan beroperasinya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong, Papua Barat. Edy mengatakan, KEK Sorong difokuskan di industri pengolahan hasil tambang (nikel) dan hasil hutan/perkebunan.

Halaman:

Editor: Setiawan R

Sumber: KSP.go.id


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x