Polisi Duga Editor Metro TV Bunuh Diri, Ini yang Dijadikan Bukti-Bukti Pendukung

25 Juli 2020, 20:26 WIB
TKP penemuan jasad Yodi Prabowo, editor Metro TV.* //ANTARA via GALAMEDIANEWS.com



Hasil penyelidikan kasus kematian Editor Metro TV Yodi Prabowo diumumkan oleh Polda Metro Jaya, Sabtu 25 Juli 2020 siang.

Dalam keterangan yang disampaikan lewat kanal YouTube Polda Metro Jaya tersebut, polisi menduga Yodi melakukan bunuh diri di TKP.

Selain petunjuk pisau yang ternyata diduga dibelinya sendiri, polisi juga merujuk pada pertanyaan yang disampaikan korban berulang kali kepada kekasihnya, Suci Fitri Rohmah.

Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Tubagus Ade Hidayat, dalam konferensi pers tersebut megatakan bahwa dari hasil pelacakan catatan panggilan telepon dan pesan WhatsApp, tidak ditemukan hal yang mencurigakan.

“Analisa berdasarkan CDR tentang call data record-nya, juga WA dan sebagainya, tidak ada yang mencurigakan," kata Tubagus seperti Jakselnews.com dari Pikiran-Rakyat.com yang mengutip video konferensi pers di YouTube Humas Polda Metro Jaya.

Dikatakan oleh Tubagus, tidak ada bukti ancaman dari pihak manapun dalam catatan tersebut.

Terkait pisau yang ternyata dibeli Yodi di toko perkakas ACE Hardware, polisi juga mengatakan pihaknya telah mendapatkan rekaman CCTV dari toko yang terletak di Rempoa, Jakarta Selatan itu.

"Pisau tersebut memiliki merk khas khusus kemudian penyidik melakukan penelusuran dari mana datangnya pisau ini, yang menjual hanya toko itu (ACE)," ungkap Tubagus.

Pernyataan ini dikuatkan dengan data yang diperoleh polisi dari toko tersebut.

"Satu minggu terakhir, hasil pemeriksaan, hanya satu pisau yang laku transaksinya," terang Tubagus.

Rekaman CCTV yang dimaksud pun ditayangkan.

"Dicek CCTV-nya kemudian didapatkan fakta bahwa yang membeli pisau itu adalah korban sendiri," sambungnya.

Selain bukti-bukti tersebut, polisi pun menyampaikan fakta soal perkataan-perkataan terakhir Yodi sebelum meninggal.

Yodi dan Suci, kata polisi, sempat bertengkar sebelum ditemukan tewas di pinggir jalan tol.

"Terjadi konflik di antara mereka, tetapi sudah bisa diselesaikan," terang Tubagus yang juga mengatakan bahwa ada persoalan pribadi lain yang diduga membuat korban depresi.

"Korban pernah menyatakan berulang-ulang kepada S setelah konflik yang sedemikian kuat kemudian korban menyampaikan kurang lebih begini, 'kalau saya tidak ada, bagaimana?'," ujar Ade.

"Pengertian 'tidak ada' menurut tafsiran kami adalah 'kalau saya meninggal, seperti apa?' dan ini disampaikan berulang-ulang kepada S," tutupnya.***

Editor: Setiawan R

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler