"Kondisi udara lembab dengan suhu tinggi menyebabkan udara terasa lebih gerah," ungkap Supari.
Supari juga menyampaikan soal teori kedua, yakni adanya radiasi yang dilepaskan bumi terperangkap oleh awan di atmosfer paling bawah.
Kondisi itu terjadi akibat kemarau tahun ini di beberapa wilayah disertai dengan pertumbuhan awan yang relatif lebih banyak dibanding biasanya.
Menurutnya, hal tersebut juga ditandai dengan kondisi hujan di atas normal di sejumlah tempat.
"Ada teori yang mengatakan bahwa ketika banyak terbentuk awan, maka radiasi yang dilepaskan bumi menjadi terperangkap di atmosfer bawah. Sehingga menambah rasa gerah," lanjut Supari.
Dengan dua teori tersebut, Supari selanjutnya menjelaskan, ada kemungkinan bahwa fenomena panas yang berlebih disebabkan gabungan di antara keduanya.***
Artikel Rekomendasi