Ada Cerita Apa di Balik Tema Noken Papua di Google Doodle Hari Ini?

4 Desember 2020, 09:28 WIB
Google doodle bertema noken Keerom. (Google) /Google

JAKSELNEWS.COM -  Doodle pada Google hari ini, Jum’at 4 Desember 2020 mengangkat tema noken yang berasal dari pulau paling timur Indonesia, Papua.

Noken Papua adalah tas tradisional yang terbuat dari rajutan serat kayu. Salah atu hal unik lainnya adalah cara membawanya dengan membebankannya ke kepala, bukan pundak atau tangan selayaknya tas-tas lainnya.

UNESCO menetapkan pengakuan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Bergerak kepada Noken Papua di Paris, Prancis, tanggal 4 Desember 2012.

Noken terbuat dari bahan baku kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan dan masih banyak lagi jenis pohon yang umum digunakan.

Menurut kepercayaan masyarakat Papua, tas tradisional Noken mempunyai makna filosofis tersendiri.

Noken juga dipercayai sebagai perlambangan kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua.

Ada tiga macam ukuran Noken yang digunakan dalam fungsi yang berbeda.

Yatoo adalah sebutan Noken yang berukuran besar yang biasanya digunakan untuk mengusung hasil panen, bahan belanjaan dari pasar dan sejenisnya.

Sedangkan Gapagoo adalah Noken dengan ukurang sedang biasanya dipakai untuk membawa bahan belanjaan dalam ukurang yang tidak terlalu banyak.

Mitutee adalah Noken ukuran kecil yang dipakai untuk membawa kebutuhan pribadi yang ukurannya kecil.

Tidak ada penjelasan khusus mengapa tas ini dilekatkan di kening. Hanya saja, sudah menjadi kebiasaan masyarakat Papua melakukannya.

Hari Suroto, menjelaskan jika Noken asal Kabupaten Keerom memiliki keunikan tersendiri. Selain berfungsi sebagai membawa barang, Noken Keerom juga punya fungsi religi.

"Noken Keerom memiliki keunikan yaitu selain berfungsi praktis sebagai kantong atau wadah penyimpanan barang juga berfungsi religi, noken digunakan sebagai bekal kubur serta menyimpan tulang manusia dalam penguburan mayat di gua-gua alam yang saat ini masih berlangsung di Distrik Web," katanya, Rabu 17 April 2013. Saat itu Hari adalah staf Balai Arkeologi Jayapura.

Hari menilai tanpa upaya pelestarian, noken asli Keerom akan punah, "Hanya generasi tua saja yang bisa membuat noken, selain itu bahan serat kulit pohon momo mulai digantikan benang buatan pabrik," katanya.

“Apa lagi saat ini, generasi muda lebih suka menggunakan tas modern buatan toko dari pada menggunakan noken. Pelestarian noken Keerom perlu diajarkan dalam kurikulum lokal pendidikan, serta pemerintah Keerom melalui dinas terkait perlu mempromosikan noken lewat berbagai even atau lainya," katanya.***

Penulis: Desyntha N.S.



  

Editor: Setiawan R

Tags

Terkini

Terpopuler