Studi: Penggunaan Konstan TikTok dkk Tidak Sebabkan Gejala Depresi pada Remaja

- 19 Agustus 2020, 07:00 WIB
Ilustrasi TikTok. (Pikiran-Rakyat.com/AFP/Oliver Doulievery)
Ilustrasi TikTok. (Pikiran-Rakyat.com/AFP/Oliver Doulievery) /Pikiran-Rakyat.com/AFP/Oliver Doulievery

JAKSELNEWS.COM - Sebuah studi baru menemukan bahwa menghabiskan waktu di platform media sosial seperti Instagram, Twitter, hingga TikTok tidak meningkatkan risiko masalah kesehatan mental di kalangan remaja.Hasil studi ini berlawanan dengan teori populer yang menyatakan bahwa isolasi, cyberbullying, dan dugaan obsesi akibat pemakaian media sosial yang berlebih memicu peningkatan depresi dan gangguan psikologis lainnya di kalangan remaja. 

Namun, tidak seperti kepercayaan banyak orang tua, dalam sebuah penelitian terhadap 74.000 remaja berusia antara 13 -16 tahun, peneliti tidak menemukan hubungan antara gejala depresi dan penggunaan media sosial. 

 "Semakin banyak remaja yang aktif di media sosial, terutama selama pandemi, karena mereka harus bergantung pada Instagram, TikTok, dan platform lain untuk tetap berhubungan dengan teman, '' kata penulis studi Noah Kreski di Mailman School of Public Health, Columbia University, New York, Amerika Serikat, sebagaimana dilansir Jakselnews.com dari artikel Pikiran-Rakyat.com berjudul Studi: Menghabiskan Waktu di Instagram hingga TikTok Tidak Tingkatkan Gejala Depresi pada Remaja.

Sementara itu, masih ada beberapa orang dewasa yang menyatakan keprihatinannya atas potensi risiko kesehatan mental dari perilaku penggunaan media sosial tersebut. Akan tetapi, dalam penelitian terbaru tersebut, tidak ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa penggunaan media sosial meningkatkan risiko gejala depresi remaja.

Para peneliti menganalisis data survei yang dikumpulkan oleh Monitoring the Future, sebuah studi berkelanjutan tentang perilaku, sikap, dan nilai-nilai orang Amerika dari masa remaja hingga dewasa. 

Mereka mengambil sampel 74.472 siswa kelas 8 dan 10 dengan usia 13 hingga 14 tahun dan 15 hingga 16 tahun, antara tahun 2009 hingga 2017. Studi tersebut menantang anggapan bahwa media sosial adalah faktor risiko gejala depresi, alih-alih menyarankan situs media sosial sebenarnya menjadi lebih baik dalam membantu meningkatkan kesehatan mental remaja. 

Para peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial sehari-hari bukanlah faktor risiko yang kuat atau konsisten pada gejala depresi baik untuk jenis kelamin maupun kelompok usia.

"Penggunaan media sosial sehari-hari tidak menangkap berbagai cara remaja menggunakan media sosial, yang mungkin positif dan negatif tergantung pada konteks sosial,” ujar Profesor Columbia Mailman School Katherine Keyes.

Menurut teori yang populer, remaja yang sering menggunakan ponsel akan semakin terisolasi dari interaksi tatap muka, mengalami penindasan di dunia maya, dan menghadapi tantangan harga diri.

Halaman:

Editor: Setiawan R

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah