Waspada! Fenomena La Nina Akan Segera Berdampak pada Indonesia, Ini Penjelasan BMKG

5 Oktober 2020, 15:31 WIB
Ilustrasi Fenomena La Nina. /PIXABAY.COM/Ilustrasi badai

JAKSELNEWS.COM - Indonesia akhir-akhir ini diterjang curah hujan yang tinggi. Beberapa daerah pun sempat mengalami banjir bandang yang bahkan terjadi longsor dan pula mengakibatkan banyak kerugian.

Diketahui bahwa curah hujan yang tinggi ini mulai terjadi pada pertengahan bulan September 2020. 

Dampak yang terjadi menimbulkan bencana alam yang banyak dialami hampir di seluruh Indonesia.

"Efek dampak La Nina yang tidak seragam di Indonesia mengakibatkan pada bulan Oktober-November curah hujan meningkat.

Dampak ini menimpa hampir di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Sumatera," Ungkap Deputi Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal, sebagaimana dikutip Jakselnews.com dari artikel Cirebon.Pikiran-Rakyat.com berjudul Curah Hujan Meningkat di Indonesia, BMKG: Fenomena La Nina Berkembang di Samudra Pasifik.

Anomali iklim La Nina ini terpantau berkembang di Samudera Pasifik Ekuator. Fenomena ini pun diperkirakan akan mencapai intensitas moderat hingga akhir 2020.

Adanya Fenomena inilah yang menyebabkan curah hujan tinggi di beberapa daerah di Indonesia.

Selama enam dasarian terakhir ini, suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin menurut Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation).

Anomali ini telah melewati angka minus 0,5 derajat Celcius, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.

Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah minus 0,6 derajat Celcius pada Agustus dan minus 0,9 derajat Celcius pada September 2020.

Lebih lanjut, menurut BMKG dan beberapa pusat layanan iklim seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang), La Nina akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir sekitar bulan Maret sampai April 2020.

Fenomena La Nina ditambah dengan awal musim penghujan ini memicu terjadinya bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor.

Perlu adanya tindakan seperti melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir, misal dengan memperluas atau memperdalam kanal dan sungai untuk antisipasi debit air yang berlebihan.

Masyarakat pun juga dihimbau untuk selalu berjaga apabila terjadi banjir atau longsor di daerahnya.*** (Gilang Pranajasakti/Pikiran Rakyat Cirebon)

Editor: Husain F.P

Sumber: Pikiran Rakyat Cirebon

Tags

Terkini

Terpopuler