Tokoh Ulama NU, KH. Said Aqil Sirodj Ceritakan Awal Mula Munculnya Kelompok Taliban

- 27 Agustus 2021, 13:13 WIB
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj. /Tangkapan layar/

JAKSELNEWS.COM - Kelompok Taliban yakni gerakan nasionalis Islam Deobandi pendukung Pashtun yang secara efektif saat ini telah menguasai hampir seluruh wilayah Afganistan.

Beberapa negara dan organisasi internasional mencap gerakan ini sebagai organisasi teroris.
 
Saat ini Kelompok Taliban menjadi pusat perhatian dunia setelah mengambil alih Afganistan. 
 
Sebelumnya Kelompok Taliban juga sempat berkuasa di negara Afganistan pada 1996 hingga 2006.
 
Terkait hal ini, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menangapi serta menjelaskan awal mula gerakan kelompok itu di Afghanistan.
 
 
Said Aqil mengatakan Kelompok Taliban bermula dari para pelajar dan mahasiswa yang bermarkas di berbagai masjid atau mushola.
 
Kemudian, anak-anak pelajar ini membangun kekuatan dengan semangat jihad untuk melawan penjajahan Uni Soviet di tanah airnya. 
 
Mulai dari situ, Kelompok Taliban akhirnya berjuang demi kemerdekaan negerinya dengan mendapat dukungan langsung dari Amerika Serikat.
 
“Ringkas cerita, mereka menang dan Uni Soviet meninggalkan Afghanistan. Taliban dan Mujahidin berhasil. Tapi sayangnya, mereka belum selesai membangun kekuatan persatuan, sudah bicara ideologi negara sehingga yang terjadi perang saudara tidak berkesudahan. Negara Islam pun belum betul-betul nyata terealisasi,” ujar KH Said, dikutip dari laman Nu.or.id, Kamis (26 Agustus 2021).
 
Namun, Said Aqil menyayangkan sikap Taliban, karena melakukan kerja sama dengan Al-Qaeda, bahkan ISIS yang dikenal sebagai kelompok Teroris. 
 
 
Perjuangan Taliban yang semula merupakan semangat nasionalisme karena ingin mengusir Uni Soviet, justru malah terseret pada kelompok terorisme.
 
Oleh karena itu, Said Aqil mengatakan pemahaman hubungan antara agama dan negara di Afghanistan belum tuntas. 
 
Bahasan soal antara agama dan negara di Afghanistan masih menjadi pertentangan yang belum selesai sampai saat ini.
 
“Nah sekarang mereka (Taliban) berhasil memenangkan peperangan. Presidennya dan beberapa pembesar negara, kabur. Itu artinya sampai sekarang belum selesai pemahaman antara hubungan agama dan negara di sana,” ujar Said Aqil
 
Kemudian, Said Aqil membandingkan dengan masyarakat Indonesia, termasuk warga NU, yang sudah selesai dalam memahami agama, negara, dan hubungan antara keduanya.
 
 
Hal inilah yang membuat Indonesia menjadi negara yang tidak sampai terjadi perang saudara karena perbedaan ideologi antarkelompok.
 
Nilai-nilai inklusif yang diajarkan NU dalam berjuang mempertahankan NKRI, telah mengilhami ulama Afghanistan untuk mendirikan organisasi dengan nama yang sama, yakni Nahdlatul Ulama Afghanistan.*** 

Editor: Husain F.P

Sumber: Pikiran Rakyat nu.or.id


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

x