Ilmuwan Sebut Kol dan Mentimun dapat Kurangi Angka Kematian Covid-19 tapi Sayuran Ini Tidak

- 22 Juli 2020, 13:10 WIB
Ilustrasi sayuran. (Pexels/Buenosia Carol)
Ilustrasi sayuran. (Pexels/Buenosia Carol) /Pexels/Buenosia Carol

Pola serupa juga ditemukan pada timun. Di Siprus misalnya. Memang warga di sana tidak banyak makan kol, namun dalam sehari, warga Siprus rata-rata mengonsumsi lebih dari 30 gram timun. Tingkat kematian di Siprus pun seperti Latvia.

Ini semua terkait dengan protein pada tubuh manusia yang disebut Nrf2. Sars-Cov-2, virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 dapat mengakibatkan peradangan serius pada pasien sakit parah, termasuk menghasilkan partikel oksigen yang merusak.

Nrf2 dapat mengikat dengan partikel-partikel ini untuk mengurangi kerusakannya. Studi sebelumnya menyebutkan bahwa senyawa dalam sayuran seperti curcumin, sulforaphane dan vitamin D dapat meningkatkan produksi Nrf2 pada tubuh manusia.

Para peneliti Eropa mengatakan, orang yang mengonsumsi lebih banyak timun dan kol, maka akan lebih siap untuk melawan virus.

Kendari demikian, teorinya tidak meluas ke sayuran lain yang diketahui meningkatkan produksi Nrf2, seperti brokoli dan kembang kol, yang belum terbukti memiliki manfaat apapun.

Tetapi, ada juga penjelasan yang mungkin, yakni asupan harian yang relatif rendah dari sayuran itu. Konsumsi rata-rata brokoli dan kembang kol di seluruh Eropa adalah 6 gram dalam sehari. Angka tersebut dinilai terlalu rendah untuk memberikan perlindungan.***

Halaman:

Editor: Setiawan R

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

x