Obat Covid-19 yang Dikonsumsi Trump Berasal dari Sel Janin Aborsi, Benarkah?

- 12 Oktober 2020, 08:37 WIB
Penampilan pertama Donald Trump di Gedung Putih, Sabtu (10/10)
Penampilan pertama Donald Trump di Gedung Putih, Sabtu (10/10) /The Guardian via RRI

JAKSELNEWS.COM - Pada Sabtu (10/10) kemarin, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah kembali melakukan agenda politiknya yakni berkampanye dari Gedung Putih. Meski baru dinyatakan positif pada pekan lalu, tim medis yang merawat Trump meyakini bahwa Presiden AS itu sudah aman dari Covid-19.

Publik di AS bertanya-tanya bagaimana transparansi informasi mengenai perawatan yang dilakukan Trump setelah terinfeksi. Beredar kabar pula bahwa salah satu obat yang dikonsumsi oleh Trump berasal dari sel janin aborsi. Benarkah demikian?

Mengutip laman The Guardian, obat tersebut merupakan campuran antibodi monoklonal yang dikembangkan oleh Regeneron. Trump kabarnya menerima infus obat tersebut sebanyak 8 gram.

Sel yang digunakan dalam mengembangkan obat ini adalah sel HEK-293T. Sel-sel tersebut berasal dari ginjal embrionik setelah aborsi elektif yang dilakukan pada tahun 1970-an di Belanda. Sel HEK-293 juga merupakan salah satu jalur sel yang paling umum digunakan di laboratorium di berbagai penelitian.

Sementara itu, Trump diketahui sangat menentang keras praktek aborsi di AS. Bukan cuma itu saja, gerakan anti-aborsi juga merupakan salah satu basis dukungan Trump yang paling antusias hingga saat ini.

Pemerintahan Trump juga menghentikan dana bagi para ilmuwan pemerintah dalam mengerjakan penelitian yang melibatkan sel induk embrionik pada tahun 2019, yang mempengaruhi dana sebesar 31 juta dolar AS.

"Kami menghentikan pendanaan federal untuk penelitian jaringan janin, yang menurut semua orang sangat penting. Kami berdiri melawan lobi pro-aborsi dengan cara berbeda," ujar Trump di awal tahun kemarin.

Garis sel HEK-293T telah diabadikan, itu artinya bahwa sel tersebut terpisah dengan bebas di laboratorium. Regeneron menyatakan bahwa perusahaan tidak mempertimbangkan sel jaringan.

Regeneron selama bertahun-tahun telah bekerja sama dengan AS untuk mengembangkan terapi antibodi monoklonal ini. Para peneliti pemerintah menggunakan jalur sel yang sama dalam pengembangan terapi untuk virus Ebola.

Halaman:

Editor: Winda Destiana Putri


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x