Diprediksi Jakarta Akan Tenggelam Pada Tahun 2050, Ini Tanggapan Pakar ITB

- 3 September 2021, 17:30 WIB
Ilustrasi Jakarta tenggelam,Letak Geografis Kota Jakarta, Ibukota yang Diprediksi Bakal Tenggelam di Masa Depan
Ilustrasi Jakarta tenggelam,Letak Geografis Kota Jakarta, Ibukota yang Diprediksi Bakal Tenggelam di Masa Depan /ANTARA

JAKSELNEWS.COM - Ibukota Indonesia yakni Jakarta diprediksi akan tenggelam di tahun 2050, hal ini harus di waspadai karena setiap tahunnya, kondisi tanah di Jakarta terus mengalami penurunan.

Penurunan tanah di Jakarta, termasuk di daerah pesisir dengan kedalaman di atas 10 sentimeter (cm) per tahun.
 
Namun, saat ini sudah berkurang menjadi lima titik pada 2021, atau menurun dibanding 2007 sebanyak 15 titik.
 
Terkait hal ini, wilayah pesisir kota Jakarta juga diprediksi terancam tenggelam hingga 4,6 meter di bawah permukaan laut pada 2050.
 
Hal itu bisa terjadi apabila pemerintah provinsi tidak melakukan tindakan apa pun untuk mencegahnya.
 
 
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Yusmada Faizal, mengatakan permukaan tanah di wilayah Muara Baru yang berlokasi di pesisir Jakarta sudah berada 1 meter di bawah permukaan laut pada 2020 lalu.
 
“Kalau kita tidak melakukan sesuatu bisa jadi Muara Baru 2050 berada minus 4,6 meter di bawah permukaan air laut. Ini lah ancaman itu kalau kita tidak melakukan sesuatu,” ujar Yusmada saat acara virtual pada Kamis (2 September 2021). Sebagaimana dikutip Jakselnews dari Pikiran-rakyat.com
 
Menurutnya, situasi ini telah menyebabkan wilayah pesisir Jakarta rentan mengalami banjir rob yang juga masih kerap terjadi hingga saat ini.
 
Lebih lanjut, Yusmada mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan Jakarta menghadapi ancaman tergenang, salah satunya penurunan permukaan tanah akibat pemanfaatan air tanah secara berlebihan serta beban dari pembangunan gedung.
 
Terkait hal itu, Dinas SDA juga mencatat laju penurunan permukaan tanah di Jakarta mencapai 20 centimeter per tahun pada 1997 hingga 2011, akan tetapi sejak 2011 hingga 2018 laju penurunan permukaan tanah mulai berkurang menjadi maksimal 12 centimeter per tahun.
 
 
“Ini menunjukkan laju penurunan tanah di Jakarta masih terjadi, tetapi kedalaman dan penurunannya sudah berkurang. Salah satunya karena kita berupaya mengendalikan pengambilan air tanah,” ujar Yusmada
 
Kemudian, Yusmada menyampaikan bahwa Jakarta juga menghadapi ancaman tergenang akibat luapan air sungai maupun air hujan yang tidak lagi bisa mengalir secara alami ke laut sehingga harus dialirkan melalui kanal banjir.
 
Faktor lainnya yang juga menambah ancaman Jakarta tenggelam adalah meningkatnya permukaan air laut akibat perubahan iklim global.
 
Disisi lain terkait hal ini, Ahli Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Heri Andreas mengatakan, ancaman tenggelamnya Jakarta akan jauh lebih berkurang apabila permukaan tanah di ibu kota tidak menurun.
 
Sebab, kenaikan permukaan laut di Indonesia hanya berkisar 6-7 milimeter per tahun, sedangkan di Jakarta sekitar 5 milimeter per tahun.
 
 
Heri memproyeksikan hanya 292 hektar wilayah Jakarta yang berada di bawah permukaan laut akibat kenaikan permukaan laut, apabila tidak terjadi penurunan permukaan tanah.
 
Namun faktanya, sebanyak 14,43 persen atau 9.556 hektare wilayah Jakarta sudah berada di bawah permukaan laut pada 2020 sebagai dampak perubahan iklim, meningkatnya permukaan laut, serta penurunan permukaan tanah.
 
“Kalau kita hanya berbicara ‘sea level rise’ saja, tidak ada penurunan tanah, hanya sedikit yang akan berpotensi tenggelamnya, tapi ketika ada penurunan tanah menjadi signifikan,” ujarnya
 
Heri memproyeksikan lagi, sebanyak 24,86 persen atau 16.460 hektare wilayah Jakarta akan berada di bawah permukaan laut pada 2035 apabila dampak dari perubahan iklim akan semakin nyata.
 
Sedangkan pada 2050 jumlahnya akan bertambah menjadi 18.756 hektare atau 28,33 persen dari total wilayah Jakarta
 
 
“Tetapi ini hanya proyeksi, belum tentu akan benar-benar terjadi. Ini tergantung upaya kita,” ujarnya.
 
Heri menekankan pentingnya manajemen risiko serta pemetaan risiko bencana untuk mencegah hal ini.
 
Kendati demikian, Heri menilai ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan yakni membuat tanggul pantai, muara, dan laut. 
 
Selain itu, penting untuk menghentikan penggunaan air tanah dengan mencari sumber air baku lain dan membangun infrastruktur penunjangnya.***

Editor: Husain F.P


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

x