Waduh, Menkeu Sri Mulyani Mengungkap Indonesia Fix Resesi di Akhir September 2020!

- 22 September 2020, 15:11 WIB
Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di mana ia menyatakan di akhir bulan September ini Indonesia akan mengalami resesi.
Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di mana ia menyatakan di akhir bulan September ini Indonesia akan mengalami resesi. /new.ddtc.co.id

JAKSELNEWS.COM - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati telah memastikan bahwa ekonomi nasional resmi resesi pada kuartal III-2020. 

Hal tersebut menyusul revisi proyeksi yang dilakukan Kementerian Keuangan.

Kemudian Sri Mulyani pula mengungkap, pihak Kementerian Keuangan melakukan update proyeksi perekonomian Indonesia untuk tahun 2020 secara keseluruhan menjadi minus 1,7% sampai minus 0,6%.

"Forecast terbaru kita pada September untuk 2020 adalah minus 1,7% sampai minus 0,6%. Ini artinya, negatif territory kemungkinan terjadi pada kuartal 3," jelas Sri Mulyani dalam video conference APBN KiTa, pada Selasa 22 September 2020, sebagaimana dikutip Jakselnews.com dari artikel KaltaraBicara.Pikiran-Rakyat.com berjudul Sri Mulyani, RI Dipastikan Resesi di Akhir September 2020.

Diketahui juga bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020 minus 5,32%. 

Resesi akan terjadi jika pertumbuhan ekonomi nasional kembali negatif di kuartal berikutnya. 

Resesi pula adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut.

"Dan mungkin juga masih berlangsung untuk kuartal 4 yang kita upayakan bisa mendekati 0 atau positif," terangnya.

Namun, meski demikian secara tahunan ekonomi nasional berada di zona negatif, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku angka proyeksi Kementerian Keuangan tidak sedalam proyeksi beberapa lembaga internasional.

Sementara World Bank atau Bank Dunia berada di level 0%, IMF di level minus 0,3%, OECD di level minus 3,3%, ADB di level minus 1%, dan Bloomber di level minus 1%.

"Tahun depan, kita gunakan sesuai RUU APBN 2021 yakni 4,5-5,5% dengan forecast titik di 5,0%. Bagi institusi lain, rata- rata berkisar antara 5-6%. OECD tahun depan prediksi 5,3, ADB sama 5,3, bloomberg median view 5,4, IMF 6,1, WB 4,8," ujarnya.

"Semua forecast ini subject to atau tergantung pada perkembangan covid dan bagaimana ini pengaruhi aktivitas ekonomi," pungkas Sri Mulyani.***

Editor: Husain F.P

Sumber: Kaltarabicara.com


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x