Network
JAKSELNEWS.COM - Kebutuhan daya dan emisi karbon dari penambangan bitcoin nyatanya dapat memunculkan problema baru bagi dunia untuk menghadapi perubahan iklim. Pada tahun 2024, diperkirakan jika tambang cyptocurrency ini di China saja akan sama dengan daya yang digunakan negara Italia dalam setahun, dengan emisi gas rumah kaca yang sama dengan Republik Ceko.
Meskipun bitcoin dianggap mendatangkan profit yang menjanjikan, namun tentunya pebisnis juga perlu menyadari masalah yang mungkin datang. Selain itu, pertimbangan lainnya dalam penambangan bitcoin yaitu apakah memang benar mendatangkan keuntungan yang berkelanjutan di masa depan.
Penambangan bitcoin di China diperkirakan akan mengkonsumsi sebanyak 296,59 jam listrik pada 2024. Emisi karbon yang dihasilkan pun akan sejumlah 130,50 juta metrik ton.
Dampak dari penambangan bitcoin di China ini justru akan menggagalkan upaya China untuk menata sistem energinya sendiri. Namun, ketimbang meningkatkan pajak bagi pertambangan bitcoin atau larangan terhadap praktik penambangan, para penambang bitcoin justru diarahkan untuk mengalihkan operasi ke wilayah tertentu.
Wilayah tersebut adalah daerah yang mampu menyediakan listrik yang rendah karbon. Penelitian ini dilakukan di China karena setidaknya 65% operasi penambangan bitcoin dunia ada di sana.
Peraturan pemerintah terkait industri ini perlu diperhatikan lagi yang tentunya juga mempertimbangkan situasi yang juga dihadapi oleh para penambang bitcoin. Pertimbangan untuk memindahkan lokasi penambangan bitcoin ke wilayah tertentu perlu diikuti dengan pemberian insentif sehingga para penambang dapat bersedia memindahkan operasi mereka.
Baca Juga: Gojek dan Tokopedia Buka Suara Terkait Kabar Merger
Namun, meskipun pemerintah berencana memindahkan lokasi penambangan bitcoin untuk mengatasi masalah energi dan emisi karbon, pemerintah juga dinilai perlu fokus pada fasilitas pembangkit listrik. Hal ini untuk memastikan pembangkit energi yang konsisten.***
Artikel Rekomendasi