Petani Lebih Pilih Pupuk Kimia Dibanding Pupuk Organik, Komisi VI DPR: Khawatir Produksi Lahan Tidak Maksimal

1 Februari 2021, 16:15 WIB
Ilustrasi petani. /Pikiran-Rakyat.com/Aris MF

JAKSELNEWS.COM - Anggota Komisi VI DPR RI, Achmad Baidowi menyoroti saat ini produksi pupuk organik ternyata masih belum diminati secara luas oleh para petani lantaran mereka masih mempercayai pupuk kimia yang mampu meningkatkan produksi tanaman pangan. 

"Mereka (petani) merasa kalau tidak pakai pupuk kimia khawatir produksi lahannya tidak maksimal. Itu jadi problem sendiri," kata Achmad Baidowi dalam rilis di Jakarta, Minggu, 31 Januari 2021, seperti dikutip dari Antara.

Perlunya mengubah cara pandang para petani dengan tidak lagi bergantung kepada pupuk kimia dan lebih banyak menggunakan pupuk organik, karena pupuk organik lebih memiliki manfaat dari berbagai aspek dalam sektor pertanian.

Baca Juga: Usai Dikalahkan Brighton, Mourinho Berikan Apresiasi kepada Anak Asuhnya

Hal tersebut berdampak seperti PT. Pupuk Indonesia belum bisa memproduksi massal pupuk organik, karena penggunaannya masih rendah.

Achmad Baidowi berpendapat bahwa penggunaan pupuk organik sangat terkait dengan pola pikir para petani yang sudah terbiasa menggunakan pupuk kimia, sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com yang berjudul Komisi VI DPR Soroti Petani Lebih Pilih Pupuk Kimia Ketimbang Pupuk Organik: Itu Jadi Problem Sendiri.

Menurutnya, dengan rendahnya penggunaan pupuk organik harus jadi pembahasan tersendiri oleh semua pihak terkait.

Baca Juga: Menang Lawan West Ham, Mohamed Salah Ungkit Gol yang Dianulir pada Laga Sebelumnya

Achmad Baidowi memaparkan, PT Pupuk Indonesia sudah memproduksi stok pupuk sebanyak 1.941.830 ton di awal Januari 2021. Dari jumlah tersebut, pupuk organik diproduksi sebesar 130.728 ton.

Memprediksi perkembangannya (prognosis), hingga akhir tahun 2021, PT. Pupuk Indonesia akan memproduksi pupuk sebanyak 13.533.512 ton, di mana 834.600 ton merupakan pupuk organik.

Sebelumnya, Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian mengatakan, kebijakan pupuk bersubsidi bagi para petani Indonesia untuk menunjang produktivitas tanaman mencapai nilai manfaat di atas 250 persen.

Baca Juga: Samsung Galaxy S21 Series 5G Rilis di Indonesia, Ernest Prakasa Ungkap Keunggulannya

Mentan juga memaparkan bahwa berdasarkan luas baku sawah nasional mencapai 7,46 juta hektar, memerlukan subsidi pupuk sebanyak 21 juta ton.

Namun, hanya 9 juta ton pupuk yang baru bisa pemerintah penuhi subsidinya, di mana untuk tanaman pangan, yakni padi baru teralokasikan subsidi pupuk sebanyak 6,1 juta ton. 

“Jika dibandingkan dengan anggaran yang digunakan rata-rata dari 2014 sampai 2020, yakni sebesar Rp28,1 triliun, maka nilai manfaatnya mencapai di atas 250 persen," kata Syahrul dalam Rapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin, 25 Januari 2021.

Baca Juga: Bareskrim Polri Periksa Abu Janda Soal Islam Arogan

Syahrul mengatakan meski dengan alokasi terbatas, nilai tambah produksi tanaman sebagai dampak dari kebijakan pupuk bersubsidi mencapai Rp98,4 triliun berdasarkan dengan hasil kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Menurut data Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) tahun 2018, produksi tanaman padi di Indonesia mencapai 5,19 ton per hektar (ha) di mana volume tersebut lebih tinggi dari negara produsen beras lainnya, seperti Thailand yang hanya 3,09 ton per ha; Filipina 3,97 ton per ha; India 3,88 ton per ha; serta Pakistan 3,84 ton per ha.*** (Julkifli Sinuhaji/Pikiran-rakyat.com)

Editor: Setiawan R

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler