Masyarakat Indonesia Semakin Religius Semenjak Pandemi Covid-19

- 23 Juli 2021, 13:24 WIB
Ilustrasi Sholat.
Ilustrasi Sholat. /unsplash.com/@sxy_selia

JAKSELNEWS.COM - Indonesia memasuki tahun kedua dalam pandemi Covid-19, angka kasus aktif di negeri ini masih mengalami naik turun.

Sampai saat ini masih belum diketahui kapan wabah ini akan berakhir, namun pemerintah dan masyarakat tentunya optimis, dunia akan pulih dan Indonesia akan bangkit dari semua dampak yang ditimbulkan dari pandemi ini.   
 
Pada masa pandemi Covid-19, survei dilakukan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag), menunjukkan temuan terkait meningkatnya religiusitas masyarakat di masa pandemi.
 
Hal ini disampaikan Kepala Balitbangdiklat Kemenag, Achmad Gunaryo. Menurutnya, tingkat religiusitas masyarakat Indonesia secara umum meningkat, di masa Pandemi Covid-19.
 
"Survei kita lakukan secara daring, pada 8-17 Maret 2021. Ditemukan, mayoritas responden merasa semakin religius (taat beragama) sejak mereka mengalami/menjalani pandemi Covid-19. Nilainya mencapai 81 persen,” ujar Achmad Gunaryo saat menjadi narasumber pada Majelis Reboan Diskusi Kebijakan Keagamaan, Rabu (21 Juli 2021).
 
 
Lantas Achmad Gunaryo menyebut, sebanyak 97 persen responden juga merasa keyakinan/keberagamaan secara psikologis membantu dalam menghadapi Pandemi Covid-19 dan dampaknya.
 
“Kondisinya, masih sedikit layanan konsultasi psiko-spiritual (psikologi keagamaan) yang tersedia. Menurut teori, dalam situasi krisis, seperti pandemi Covid-19 ini, ketika orang mengalami ketakutan, penderitaan, atau penyakit sering mengalami pembaruan spiritual,” ujar Achmad Gunaryo.
 
Diketahui dari laman resmi Kemenag, adapun secara rinci berdasarkan teori dan instrumen FICA Spiritual History Tool yang dikembangkan Puchalski (1996), sejumlah temuan atas pertanyaan dalam survei ini adalah sebagai berikut:
 
• Kebanyakan responden sangat setuju dan setuju atau 55,1 persen, merasa Covid-19 memengaruhi keyakinan/praktik keberagamaan.
 
• Sebanyak 61.6 persen responden merasa bahwa pandemi Covid-19 yang berlangsung lama mendorong mereka menemukan makna hidup.
      
• Mayoritas responden yakni 81 persen, merasa semakin religius (taat beragama) sejak mengalami/menjalani pandemi Covid-19.
 
 
• Mayoritas responden yakni 97 persen, merasa keyakinan/keberagamaan mereka membantu (secara psikologis) mereka menghadapi Covid-19 dan dampaknya.
 
• Sebanyak 86,7 persen responden berupaya terhubung dengan (mencari support dari) pemuka agama dan komunitas agama mereka.
      
• Selama menjalani pandemi, mayoritas responden 89,4 persen merasa mendapat dukungan mental-spiritual (ada support system) dari pemuka agama dan komunitas agamanya.
      
• Saat isolasi/menyendiri, ragam aktivitas dilakukan. Sebanyak 56,3 persen mendengar/membaca kitab suci, 47,2 persen mendengar ceramah, dan 42,8 persen dzikir/meditasi.
 
Sedikit sekali yang konsultasi-psikologis khusus, hanya 22,1 persen responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis-keagamaan, selama menjalani pandemi ini.
 
 
Kendati demikian, Achmad Gunaryo menuturkan melalui survey daring ini bersumber dari sebanyak 1.550 respon para penderita Covid-19, penyintas, dan masyarakat di 34 Provinsi dengan cukup tersebar dan sebangun dengan populasi masyarakat Indonesia.
 
“Dengan Metode Accidental sampling (non-probabilitas), temuan hanya berlaku bagi responden. Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi kualitatif, dengan mewawancara per telepon 20 informan terpilih,” ujar Achmad Gunaryo.***

Editor: Husain F.P

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x