Resesi Ekonomi di Indonesia Resmi Terjadi, Kenali Dampaknya

6 November 2020, 22:10 WIB
Ilustrasi resesi. /Pixabay/viarami/

JAKSELNEWS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang negatif selama dua kuartal berturut-turut. Laporan tersebut menandai resminya Indonesia memasuki jurang resesi.

Dalam laporan tersebut tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami minus 5,32 persen pada kuartal II dan minus 3,49 persen pada kuartal III.

Terjadinya resesi ekonomi di Indonesia ini membuktikan kebenaran prediksi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani pada September 2020 lalu.

Dikutip dari Lingkar Kediri dalam artikel Indonesia Resmi Resesi Ekonomi, Ketahui Apa Itu Resesi Ekonomi dan Apa Dampak Yang Terjadi  resesi merupakan istilah ekonomi untuk menggambarkan keadaan dimana penurunan pertumbuhan jumlah produk domestik bruto (PDB) yang dihasilkan oleh suatu negara.

Akibat adanya resesi ekonomi, Indonesia dapat mengalami berbagai dampak buruk. Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara berikut adalah berbagai yang dapat terjadi.

1. Peningkatan kemiskinan dan pengangguran

Bhima berpendapat resesi akan menyebabkan pendapatan orang-orang menurun. Akibatnya beberapa orang dapat menjadi orang miskin baru. Selain itu, pengangguran juga dapat meningkat karena PHK massal.

“Selain itu, desa akan jadi tempat migrasi pengangguran dari kawasan industri ke daerah-daerah karena gelombang PHK massal,” ujar Bhima, Kamis, 5 November 2020.

2. Lapangan kerja semakin sempit

Di masa resesi lowongan kerja akan menurun sehingga angkatan kerja baru semakin sulit mendapatkan pekerjaan. Perusahaan yang membuka rekrutmen pun akan lebih memperhatikan karyawan lama yang sudah memiliki pengalaman kerja.

3. Daya beli masyarakat menurun

Pengangguran selanjutnya dapat menurunkan daya beli masyarakat. Beberapa sektor bisnis pun terancam tutup sehingga pengangguran juga semakin meningkat.

“Masyarakat cenderung berhemat untuk membeli barang sekunder dan tersier. Fokus hanya pada barang kebutuhan pokok dan kesehatan,” kata Bhima.

4. Penurunan pendapatan

“Orang kaya bisa tetap survive selain karena aset masih cukup juga karena digitalisasi. Sementara kelas menengah rentan miskin tidak semua dapat melakukan WFH, disaat yang bersamaan pendapatan menurun,” pungkasnya.***(Alfan Amar Mujab/Lingkar Kediri)

Editor: Husain F.P

Sumber: Lingkar Kediri

Tags

Terkini

Terpopuler