'Selingkuh Tiada Akhir', Benarkah Selingkuh Berulang Kali Jadi Tanda Gangguan Kepribadian?

- 19 Februari 2021, 15:50 WIB
ILUSTRASI// Perselingkuhan, ketika ada orang ketiga dalam hubungan
ILUSTRASI// Perselingkuhan, ketika ada orang ketiga dalam hubungan /Pexels.com/alleksana

JAKSELNEWS.COM – Hadirnya orang ketiga dalam hubungan asmara maupun pernikahan seringkali menjadi pengalaman yang menyakitkan atau kejadian yang dihindari. Selama ini, perilaku selingkuh kerap dianggap sebagai perilaku negatif atau perilaku yang bertentangan dengan moral dimana pelaku biasanya menerima reaksi negatif bahkan hujatan dari lingkungan sekitar. Namun, jika perselingkuhan yang dilakukan oleh seseorang terjadi berulang kali, benarkah selingkuh menjadi justru menjadi suatu tanda gangguan kepribadian?

Ketika seseorang terlibat dalam perselingkuhan, mereka biasanya mengatakan beberapa alasan umum, seperti tidak lagi saling mencintai, mencari pelarian, situasi terpuruk tanpa adanya dukungan dari pasangan, atau sederhananya memang tidak dapat berkomitmen dalam satu hubungan. Biasanya, perselingkuhan terjadi karena situasi tertentu sehingga ungkapan ‘Selingkuh Tiada Akhir’ yang mungkin dilakukan berulang kali oleh seseorang sebenarnya belum tentu benar. Namun, terdapat istilah ‘Serial Cheaters’ dimana alasan mereka melakukan perselingkuhan biasanya didasari oleh kepribadian mereka, bukan karena situasi kehidupan asmara, kehidupan pribadi, atau kondisi rumah tangga mereka.

Seseorang yang melakukan perselingkuhan berulang kali mungkin memiliki kecenderungan gangguan kelekatan (attachment disorder) atau gangguan kepribadian Narsistik (narcissistic personality disorder). Individu dengan gangguan kepribadian narsistik akan selalu merasa ada yang kurang dalam hubungannya dengan orang lain serta memiliki kebutuhan yang besar akan adanya perhatian dan dikagumi oleh orang lain. Sedangkan individu dengan gangguan kelekatan cenderung melihat pasangannya seperti figur orangtua.

“Mereka biasanya membuat situasi seperti mereka membutuhkan rumah yang nyaman dan aman untuk pulang dengan adanya pasangan. Tetapi mereka kemudian bertingkah seperti remaja yang ingin bebas melakukan apapun tanpa merasa diatur oleh pasangan, ketimbang menjadi single dan hidup sesuai dengan nilai hidup mereka,” ujar Tammy Nelson, seorang Psikoterapis dan Konsultan, seperti dikutip Jakselnews dari Insider.com.

Selain dua gangguan tersebut, individu yang sering terlibat dalam perselingkuhan juga mungkin memiliki gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder) yang memungkinkan suasana hati mereka berubah-ubah secara drastis sehingga menyebabkan mereka tiba-tiba berselingkuh. Individu dengan gangguan kepribadian ambang juga tidak mampu memiliki komitmen dalam hubungan untuk jangka waktu yang lama.

Tentunya, perselingkuhan bukanlah pengalaman yang mudah untuk diterima. Namun, setiap pasangan yang mengalami kejadian ini perlu mencoba berdiskusi dan mencari jalan tengah, terutama untuk memahami masalah yang sedang terjadi. Jika masalah dalam hubungan terkait dengan gangguan kepribadian tertentu, ada baiknya berkonsulitasi dengan tenaga profesional sebelum mengambil keputusan.***

Editor: Husain F.P


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x