Network
JAKSELNEWS.COM - Ketidakpastian, stres, harus berada di rumah, dan membatasi interaksi sosial merupakan hal-hal yang berkaitan erat dengan pandemi Covid-19 yang nyatanya berdampak jangka panjang bagi kesehatan mental. Perubahan kehidupan yang cukup signifikan berdampak pada rasa cemas.
Steven Taylor, penulis 'The Psychology of Pandemics' dan seorang Profesor Psikiatri dari University of British, Columbia mengungkapkan jika hidup tidak akan kembali normal setelah pandemi. Hal ini terutama terjadi pada 10-15 persen minoritas ketika pandemi berdampak pada kesejahteraan mental mereka.
Masalah kesehatan mental yang mungkin akan tetap ada akibat pandemi yaitu gangguan obsesif-kompulsif atau OCD. Stres selama pandemi Covid-19 dapat meningkatkan risiko timbulnya OCD atau bahkan memperburuk OCD yang telah dimiliki sebelumnya.
Baca Juga: Gawat! 1,6 Miliar Masker Cemari Lautan, Baru Bisa Terurai Setelah 450 Tahun
Selain OCD, masyarakat juga mungkin memiliki germafobia kronis serta kecemasan umum. Selama masa pandemi, masyarakat juga mungkin mengalami kesepian kronis karena seruan pembatasan interaksi sosial yang terus disuarakan demi mencegah penularan Covid-19.
Namun, isu kesehatan mental lainnya yang muncul selama pandemi dan mungkin Anda alami adalah rasa paranoid. Paranoid merupakan respon individu terhadap ancaman yang banyak dipengaruhi oleh kecemasan dan rasa takut.
Paranoid dapat timbul berdasarkan pengalaman yang nyata hingga berdasar pada keyakinan delusional. Memiliki perasaan dan pikiran paranoid tidak selalu berkaitan dengan gangguan mental tertentu.
Baca Juga: Aktris Helen Mirren Gabung Dalam Sekuel 'Shazam!' Sebagai Penjahat
Ketika individu terpapar stres, ketidakpastian, dan adanya informasi yang salah oleh media dari berbagai sumber, sulit rasanya bagi setiap orang untuk merasa tenang. Pada akhirnya, hal ini meningkatkan kecemasan yang memicu timbulnya pikiran paranoid.
Artikel Rekomendasi