PBB Kecam Bentrokan di Myanmar yang Tewaskan Ratusan Orang

17 Maret 2021, 08:44 WIB
Ilustrasi saat demonstran lari dari polisi saat melakukan aksi protes kudeta di Naypyitaw, Myanmar. /REUTERS / Stringer/REUTERS

JAKSELNEWS.COM - PBB mengecam lonjakan kematian di Myanmar sejak kudeta 1 Februari lalu. PBB juga memperingatkan bahwa pengunjuk rasa yang ditahan menghadapi penyiksaan dan ratusan orang telah hilang.

"Jumlah korban tewas melonjak selama sepekan terakhir di Myanmar, di mana pasukan keamanan telah menggunakan kekuatan mematikan secara agresif terhadap pengunjuk rasa damai," kata juru bicara kantor hak asasi PBB Ravina Shamdasani kepada wartawan mengutip laman Channel News Asia Rabu (17/3).

Secara total, dia menambahkan, sebanyak 149 orang telah tewas dalam aksi demonstarasi tersebut. Tetapi dia meyakini jumlah sebetulnya pasti jauh lebih banyak dari yang dilaporkan.

Baca Juga: Kisruh Myanmar Semakin Memanas, Bakar Pabrik China dan Tewaskan Belasan Orang

Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 180 orang telah tewas, termasuk 74 orang pada bentrokan yang terjadi Minggu kemarin. Selain pembunuhan, Shamdasani memperingatkan bahwa pasukan keamanan terus menangkap dan menahan orang secara sewenang-wenang di seluruh negeri, dengan sedikitnya 2.084 orang saat ini telah ditahan.

"Laporan penyiksaan yang sangat menyedihkan di dalam tahanan juga telah muncul," katanya.

PBB buka suara setelah pasukan keamanan di Myanmar melakukan kekerasan dan menggunakan kekuatan untuk mengusir para pengunjuk rasa antikudeta. Meskipun sudah diperingatkan secara internasional untuk menahan diri, namun militer Myanmar tak menghiraukannya.

Sebagian besar negara juga telah bersuara sejak Tatmadaw menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi bulan lalu, dengan ratusan ribu orang turun ke jalan untuk menuntut kembali ke demokrasi.

Shamdasani menyuarakan keprihatinan bahwa kantor hak asasi PBB menghadapi kesulitan yang meningkat untuk mengkonfirmasi informasi di lapangan, menunjuk pada penerapan darurat militer di berbagai kota di dan sekitar Yangon dan Mandalay.

Selain itu, banyak lingkungan kelas pekerja tempat orang-orang terbunuh telah terputus koneksi yang diberlakukan oleh negara tersebut.

Tindakan keras dramatis terhadap media di negara itu juga mempersulit mendapatkan informasi. Setidaknya 37 jurnalis telah ditangkap, sementara lima kantor berita utama Myanmar telah dicabut izinnya.

Kantor hak asasi PBB mengatakan jumlah korban tewas telah meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir, dengan 11 kematian pada hari Senin, 39 pada hari Minggu dan 18 pada hari Sabtu.

"Angka-angka itu, yang pasti terlalu rendah, termasuk orang-orang yang tewas di kotapraja Yangon Hlaing Tharyar selama penumpasan dengan kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan setelah aktor tak dikenal membakar pabrik yang dioperasikan atau diinvestasikan China," tutupnya. ***

Editor: Winda Destiana Putri

Tags

Terkini

Terpopuler