Kronologi Kudeta Myanmar yang Memicu Aksi Demonstrasi Berdarah

- 10 Maret 2021, 07:27 WIB
Para pendemo menghadapi gas air mata dan semprotan pemadam kebakaran di Naypyitaw, Myanmar pada Senin 8 Maret 2021.
Para pendemo menghadapi gas air mata dan semprotan pemadam kebakaran di Naypyitaw, Myanmar pada Senin 8 Maret 2021. /Reuters/Stringer/

Tuntutan Tatmadaw untuk melalukan pemilu ulang tidak dikabulkan oleh Komisi Pemilihan. Mereka tidak menemukan bukti kecurangan yang disebutkan oleh Tatmadaw. Tanpa pikir panjang, kudeta pun dilakukan saat parlemen baru akan dimulai.

Tatmadaw telah mengerahkan seluruh kekuatan sejak akhir Januari lalu. Kemudian pada 1 Februari mereka mengumumkan keadaan darurat, melakukan kudeta, dan secara ilegal telah menyandera Aung San Suu Kyi serta anggota NLD lainnya. Tidak sampai disitu saja, Tatmadaw juga merumahkan seluruh anggota parlemen yang lainnya.

3. Pemimpin Myanmar saat ini

Dengan adanya kudeta, Tatmadaw akhirnya menunjuk Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing, sebagai pemimpin Burma. Dia adalah orang yang memiliki pengaruh cukup besar di Tatmadaw.

Sosok ini selalu dikecam dan diberikan sanksi internasional karena perannya dalam serangan militer terhadap etnis minoritas yang ada di Burma. Dia menyebut militer akan merebut kembali demokrasi yang ada di Myanmar dan akan melakukan pemilihan umum ulang usai keadaan darurat ini selesai.

4. Aksi demonstrasi berdarah

Tak pelak, aksi kudeta yang dilakukan Tatmadaw akhirnya berbuntut pada aksi penolakan atau demonstrasi. Ribuan orang turun ke jalan, termasuk guru, mahasiswa, murid, serta masyarakat lainnya.

Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM) pun akhirnya dibentuk oleh petugas kesehatan dan masyarakat sipil. Namun Min Aung Hlaing membentuk Dewan Administrasi Negara (SAC) untuk memperkuat kekuasaannya melawan pemerintah.

Dia juga telah mengancam akan melakukan tindakan tegas bagi para pendemo yang masih turun ke jalan. Dia meminta pendemo untuk melakukan aktifitas pekerjaan seperti sediakala.

Min Aung Hlaing juga menutup akses internet sejak saat itu. Pihak telekomunikasi pun menuruti perintah mereka dengan menutup akses ke sosial media seperti Facebook. Hal ini semakin membuat pendemo marah.

Halaman:

Editor: Winda Destiana Putri


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini