Junta Myanmar Umumkan Gencatan Senjata, Tetapi tidak untuk para Demonstran!

- 1 April 2021, 08:50 WIB
Demonstran pro demokrasi Myanmar menyerang pasukan junta militer dengan petasan dalam kerusuhan di Yangon, Myanmar, 12 Maret 2021.
Demonstran pro demokrasi Myanmar menyerang pasukan junta militer dengan petasan dalam kerusuhan di Yangon, Myanmar, 12 Maret 2021. /REUTERS

JAKSELNEWS.COM - Pemerintah militer Myanmar mengumumkan bahwa mereka akan melakukan gencatan senjata secara sepihak selama satu bulan. Tetapi mereka membuat pengecualian kepada para pengunjuk rasa.

Itu artinya, mereka akan tetap anarkis kepada para pengunjuk rasa yang dianggap menggangu operasi keamanan dan administrasi pemerintahan. Itu sama saja mereka tengah memukul mundur para pengunjuk rasa.

Pengumuman itu muncul setelah pertempuran sengit dengan setidaknya dua organisasi gerilya etnis minoritas yang mempertahankan daerah masing-masing di sepanjang perbatasan.

Lebih dari selusin kelompok semacam itu selama beberapa dekade menuntut otonomi yang lebih besar dari pemerintah pusat, terkadang melalui perjuangan bersenjata. Bahkan di masa damai, hubungan telah tegang dan gencatan senjata pun rapuh.

Gerakan melawan kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi berfokus pada pembangkangan sipil, menyerukan kepada karyawan di sektor publik dan swasta untuk menghentikan pekerjaan yang mendukung mesin pemerintahan.

Mereka telah mencari aliansi dengan kelompok etnis minoritas bersenjata untuk meningkatkan tekanan pada pemerintah militer. Mereka ingin membentuk tentara federal sebagai penyeimbang angkatan bersenjata pemerintah.

Demonstran damai yang ada di kota-kota Myanmar menghadapi polisi dan tentara yang dipersenjatai dengan senjata perang yang mereka gunakan dengan bebas. Setidaknya 536 pengunjuk rasa dan pengamat telah tewas sejak kudeta.

Tidak ada reaksi langsung terhadap pengumuman gencatan senjata dari pasukan etnis minoritas. Beberapa kelompok besar termasuk Kachin di utara, Karen di timur dan Tentara Arakan Rakhine di Myanmar barat secara terbuka mengecam kudeta tersebut dan mengatakan mereka akan membela pengunjuk rasa di wilayah yang mereka kuasai.

Tentara Kemerdekaan Kachin, bahkan telah melakukan serangan di sebuah kantor polisi di kota Shwegu negara bagian Kachin. Para penyerang dilaporkan menyita senjata dan perbekalan serta melukai seorang petugas polisi.

Halaman:

Editor: Winda Destiana Putri


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x