Tipe-Tipe Depresi yang Harus Kamu Waspadai, Ini Penjelasannya

- 6 Januari 2022, 09:40 WIB
Ilustrasi depresi. Kiat mengatur ulang hidup ke jalur yang benar.
Ilustrasi depresi. Kiat mengatur ulang hidup ke jalur yang benar. /Pexels/Pixabay

JAKSELNEWS.COM - Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang serius dan cukup umum terjadi. Namun, jenis depresi ada banyak. Mulai dari yang ringan, sedang, hingga cukup parah dan berisiko mengancam nyawa. 

Selain merasa putus asa, orang yang menderita depresi biasanya sulit menjalani aktivitas sehari-hari dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. 

Seseorang dianggap memiliki depresi jika gejala-gejala tersebut berlangsung selama dua minggu atau lebih.

Menurut alodokter, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat setidaknya ada 260 juta penderita depresi di seluruh dunia. Dari sekian banyak penderita depresi tersebut, diperkirakan ada 800.000 kasus kematian akibat bunuh diri yang disebabkan oleh depresi.

Baca Juga: 7 Macam Keju yang Wajib Kamu Ketahui, Pilih yang Mana?

Berikut ini beberapa  jenis depresi yang perlu diwaspadai, dilansir dari Halodoc, diantaranya :

1.Depresi Mayor

Depresi mayor adalah salah satu jenis depresi yang paling umum terdiagnosis. Jenis depresi ini ditandai dengan gejala kesedihan, putus asa, dan kesepian, yang berlangsung selama lebih dari dua minggu. Gejala depresi ini cukup serius dan berdampak pada kualitas hidup pengidapnya.

Beberapa gejalanya adalah tidak nafsu makan, tubuh terasa lemas, dan cenderung menghindar dari orang-orang di sekitar. Penyebabnya belum diketahui pasti. Namun, jenis depresi ini diduga berkaitan dengan faktor genetik, gangguan struktur kimia otak, dan trauma psikologis. 

2.Depresi bipolar

Gangguan bipolar adalah jenis depresi yang ditandai dengan adanya dua suasana hati yang bertolak belakang, yaitu mania dan depresi. Mania ditandai dengan munculnya perilaku atau emosi yang meluap-luap, seperti rasa gembira atau semangat yang membuncah dan tidak bisa dikendalikan.

Sebaliknya, depresi pada gangguan bipolar ditunjukkan dengan rasa tidak berdaya, putus asa, dan sedih. Kondisi ini bisa membuat pengidapnya mengurung diri di kamar, bicaranya sangat lambat seolah sedang melantur, dan tidak mau makan.

Baca Juga: Profil dan Biodata Kim Mi Soo, Pemeran ‘Snowdrop’ yang Meninggal Dunia Secara Mendadak

3.Distimia

Distimia adalah jenis depresi yang berlangsung selama dua tahun atau lebih. Namun, tingkat keparahan gejalanya bisa lebih ringan ataupun lebih berat dibanding jenis depresi sebelumnya. 

Meski umumnya tidak mengganggu pola aktivitas sehari-hari, distimia dapat memengaruhi kualitas hidup pengidapnya. Misalnya, menjadi tidak percaya diri, sulit konsentrasi, pola pikir terganggu, dan mudah putus asa. Sama seperti depresi berat, jenis depresi ini juga punya banyak faktor pemicu.

4.Depresi Premenstrual (Premenstrual Dysphoric Disorder/PMDD)

Berkaitan dengan premenstrual syndrome (PMS), depresi premenstrual adalah gangguan suasana hati yang cukup serius, sehingga bisa mengganggu keseimbangan emosi dan perilaku pengidapnya. Kondisi ini ditandai dengan munculnya rasa sedih, cemas, dan gangguan suasana hati ekstrem, ketika memasuki masa PMS. 

5.Depresi Postpartum

Jenis depresi ini terjadi pada wanita, beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan. Gejala depresi postpartum berdampak pada kesehatan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya. Penyebab utamanya adalah perubahan hormon, yaitu ketika hormon estrogen dan progesteron yang tadinya cukup tinggi pada masa kehamilan menurun secara drastis setelah melahirkan.

Baca Juga: Ini 7 Manfaat Kencur untuk Kesehatan, Bisa Mengobati Kencing Batu hingga Mencegah Kanker

6.Gangguan Suasana Hati Musiman (Seasonal Affective Disorder)

Jenis depresi yang satu ini berkaitan dengan musim, tepatnya perubahan waktu pada musim dingin atau musim hujan, yang cenderung lebih pendek dan sangat sedikit sinar matahari. Jenis depresi ini umumnya akan membaik dengan sendirinya ketika cuaca sudah lebih cerah dan hangat.

7.Depresi Situasional

Depresi situasional adalah jenis depresi yang tidak menentu. Kondisi ini biasanya ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan pola makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. 

Jika dijelaskan secara sederhana, gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres. Penyebabnya bisa berbeda-beda. Bisa karena kejadian yang bersifat positif seperti pernikahan atau menyesuaikan tempat kerja yang baru, hingga kehilangan pekerjaan, perceraian, atau perpisahan dengan keluarga dekat.***

Editor: Husain F.P

Sumber: Halodoc


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x