Anggap PSSB Tidak Ada Artinya, Dr. Tirta: Percuma PSBB, Demo Sudah Dimana-mana

9 Oktober 2020, 11:22 WIB
Dr. Tirta Mandira Hudhi adalah seorang dokter yang sekarang menjadi pengusaha sukses. /Instagram/dr.tirta /

JAKSELNEWS.COM – Baru-baru ini, Dr. Tirta mengomentari aksi demo yang terjadi akibat pengesahan RUU Cipta Kerja yang dianggap menyesengsarakan para buruh atau pekerja lainnya.

Pria berusia 29 tahun tersebut menanggapi potensi penyebaran virus corona serta Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) di Jakarta.

Tanggapanya tersebut diunggah Dr. Tirta melalui akun instagramnya pada tanggal 8 Oktober 2020.

Dr. Tirta beranggapan jika demo tidak akan terjadi apabila RUU Cipta Kerja dikomunikasikan secara transparan dengan baik bersama masyarakat.

"Urgensi kita kan mengatasi pandemi. Kan lucu aja. Buat kebijakan yang potensi ricuh pas pandemi," tulisnya, dilansir Jakselnews.com dari artikel Pikiran-rakyat.com berjudul Sebut PSBB DKI Jakarta Tak Ada Artinya, dr. Tirta: Harusnya Cabut Aja, Percuma.

Dr. Tirta juga menyakini jika akan ada oknum yang memiliki kepentingan tersendiri dalam mengikuti demo tersebut.

"Mungkin niatnya biar demo enggak ada. Eh tapi Demo tetap terjadi, entah siapa aja deh yang demo. Banyak banget pihak yang terlibat. Dan pasti ane yakin ada 'oknum' pemain besar juga yang bermaen. Dah enggak bisa dibedakan," lanjutnya.

Ia juga menyatakan jika para demonnstrasi dapat tersulut emosi yang sengaja dilakukan oleh provokator.

Sehingga, terjadi perselisihan antara para pendemo dengan pihak aparat yang mencoba mengamankan situasi.

"Kerusuhan tentu rentan terjadi, karena banyak provokator yang menyusup dan kalo banyak massa, tentu sulit dibedakan. Polisi juga mau enggak mau berkerumun kan? Karena sudah tugasnya ya gitu. Akhirnya benturan lagi," sambungnya.

Dr. Tirat juga menyatakan bahwa ia sangat menyayangkan pengesahan RUU Cipta Kerja yang terburu-buru sehingga hal tersebut memicu terjadinya demo di daerah-daerah yang berisiko covid-19.

"Sudah tahu potensinya begini, jadi harusnya tahu banyak pihak akan terpancing demo. Dan bukan di Jakarta doang, tapi Jogja, Bali, Surabaya, Bandung, Palu, Lampung, Malang. Semuanya daerah redzone Covid-19," tambahnya.

Dr. Tirta juga mempertanyakan bagaimana jika setelah demo tidak ada pendemo yang terpapar covid-19.

"Sekarang, Kalo ternyata setelah demo, enggak ada yang Covid? Hayoloh. Yang ada malah membuat edukasi 3M yangg dibangun selama 7 bulan enggak efektif," jelasnya.

Menurut Dr. Tirta, terdapat dua kemungkinan dengan adanya demo ini yaitu herd imunity  diantara para pendemo atau adanya gelombang baru penyebaran covid-19.

Jika gelombang baru kasus covid-19 terjadi, maka hal tersebut akan merugikan pihak kesehatan.

"Nah Kalo nanti malah jadi klaster covid? Ya yang rugi Nakes rugi semua. Tapi mau nyalahin siapa? Ada api ada asap. Logika," tulisnya.

Ia pun merujuk pada aksi demo Black Lives Matter yang menibulkam klaster kasus covid-19 semakin naik.

"Sekarang kita tahu pentingnya komunikasi publik. Apapun kebijakannya, komunikasikan dulu sebelum disahkan jika potensi ricuh," sambungnya.

Dr. Tirta juga beranggapan jika PSBB menjadi percuma karena adanya aksi demo dimana-mana.

"Sekarang PSBB Jakarta kaya enggak ada artinya, harusnya sudah dicabut aja. Percuma PSBB, wong wis demo dimana-mana," tambah dr. Tirta, dilansir Jakselnews.com dari artikel Pikiran-rakyat.com berjudul Sebut PSBB DKI Jakarta Tak Ada Artinya, dr. Tirta: Harusnya Cabut Aja, Percuma.***(Sarah Nurul Fatia/Pikiran Rakyat)

Editor: Husain F.P

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler