Jatinangor Research Institute Ungkap Nasib Petani Sayuran Organik di Era Digital

13 Maret 2021, 12:36 WIB
Webinar Jatinangor Research Institute. /Jakselnews/

 

Tren sayuran organik meningkat sejalan dengan kondisi pandemi Covid 19 dan peningkatan pola hidup sehat masyarakat. Selain itu pola berbelanja masyarakat terhadap sayuran juga mulai bergeser ke arah online. 

Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap sayuran organik juga berimbas munculnya petani-petani milenial. 

Dalam webinar yang diselenggarakan Jatinangor Research Institute dengan tema "Tren Sayuran Organik di Era Digital, Masa Depan Petani” menghadirkan Staf Khusus Presiden RI Billy Mambrasar, Direktur of Supply Chain TaniHub Sariyo, Founder Duta Farm dan Petani Milenial Sakir Nugraha, Spesialis Gizi Klinik dr. Diana F. Suganda, M. Kes, SpGK, serta health & lifestyle enthusiast Meliza Gilbert, Jumat, 12 Maret 2021.

Webinar ini adalah sebagai bentuk dukungan terhadap Usaha Mikro dan Kecil dalam bidang pertanian dan menumbuhkan kesadaran akan peluang bisnis sebagai petani dengan memanfaatkan teknologi digital.

Billy Mambrasar, Stafsus Milenial Presiden RI mengatakan pemerintah sangat memprioritaskan pertanian di Indonesia melalui program Milenial Agrikultur Project. "Ketahanan pangan masih menjadi prioritas pemerintah terutama dalam bidang pertanian. Pemerintah bersama Kemeterian Pertanian membuat gerakan Milenial Agricultur Project dalam lima tahun kedepan," kata Billy Mambrasar dalam diskusi tersebut.

Menurutnya, dalam program Milenial Agricultur Project, terdapat empat kelompok yang bakal di targetkan oleh pemerintah dan Kementerian Pertanian di antaranya, From Zero to Farmer, From Farmer To Agro Preneur, From Farmer To Technofarmer dan From Agro Preneur To Exporter

Stafsus Milenial Presiden Jokowi asal Papua itu juga menyebut pemerintah menargetkan pertumbuhan sekitar 2,5 juta petani milenial baru di seluruh Indonesia untuk meregenerasi petani yang kebanyakan berusia tua. Saat ini pemerintah fokus pada klaster From Zero To Farmer.

Sasarannya, menurut Billy, mengumpulkan para milenial yang ingin bergelut di bidang pertanian, memberikan edukasi dan mindset agar milenial tertarik untuk bertani serta mengumpulkan 100 ribu petani milenial. Hingga kini pertanian masih menjadi fokus pemerintah, karena menjadi program unggulan dan andalan termasuk di daerah-daerah terpencil yaitu termasuk Papua dan Papua Barat.

Selain itu, Director of Supply Chain TaniHub, Sariyo mengatakan menambahkan tren sayuran organik sejak pandemi beralih ke online. Sejak tahun lalu, kata dia, petani organik sangat panik karena harga sayuran organik yang mahal dan menyebabkan tak ada yang membeli.

"Semua jenis sayuran organik sangat bagus, tren di online juga sangat baik, karena saat ini banyak juga orang-orang yang menginginkan sayuran organik," kata Sariyo.

Ia juga mengatakan agar sayuran organik kualitasnya tetap baik, maka para petani harus memperhatikan bagaimana sistem logistiknya dan apakah pengangkutannya benar atau tidak.

Sementara itu Sakir Nugraha, seorang petani milenial mengungkapkan bahwa masih ada kekurangan lahan yang dimiliki petani. "Saat ini kekurangannya adalah lahan untuk membuka pertanian, serta keilmuan dalam bertani, kalau belum 3 bulan bercocok tanam selama 3 musim, jangan coba-coba terjun sebagai petani," ungkap Sakir.

Ia juga membocorkan juga kalau peghasilannya sebagai petani milenial mencapai Rp 1,3 Miliar.
"Pada akhir 2020 omset sebagai petani mendapatkan hampir 1,3 Miliar," ucapnya.

Dirinya juga menjelaskan tips dan juga presentase resiko yang akan dihadapi seorang petani.
"Dalam bertani kita menanam jangan melihat harga market karena kita adalah produsen. Tingkat kegagalan pasti terjadi, walau kita sudah punya ilmunya saja, masih ada kegagalan sekitar 30%," tambahnya lagi.

Editor: Setiawan R

Tags

Terkini

Terpopuler