Mengenal Vihara Toasebio yang Menjadi Saksi Bisu Tragedi Angke

- 1 Februari 2022, 13:26 WIB
Vihara Toasebio
Vihara Toasebio /https://idea.grid.id/read/091252302/saksi-bisu-pembantaian-10000-orang-tionghoa-ini-tampilan-dalam-vihara-toasebio?page=all

JAKSELNEWS.COM - Vihara Dharma Jaya Toasebio yang terletak di Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat yang sudah berusia ratusan tahun, berdiri sejak tahun 1751 menjadi klenteng tertua yang berada di Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pun pernah menyampaikan apresiasi kepada pengurus Vihara Dharma Jaya Toasebio. Vihara ini memiliki sejarah yang sangat panjang, di mana sudah sekitar 600 tahun usia vihara ini dan masih terawat dengan baik.

"Ini sebuah perjalanan tempat, bukan saja bangunan fisiknya, tapi di sini telah digunakan untuk ibadah dengan cerita perjalanan yang panjang. Oleh karena itu, perlu kita jaga sama-sama dan kita rawat. Sehingga, nantinya generasi anak cucu kita masih tetap bisa melihat warisan dari orang tua kita yang dulu mendirikan. Dan ini juga sekaligus menjadi penanda bahwa Jakarta itu berwarna, maka harus kita jaga sama-sama," ujar Anies dalam keterangan tertulisnya dikutip, Minggu (5/9/2021). 

Toasebio sendiri adalah gabungan dari dua kata yakni Toase yang berarti pesan dan Bio adalah kelenteng.

Baca Juga: Tulis Pesan untuk Penggemar, Aktor Nam Da-reum Umumkan Akan Berangkat Wajib Militer 8 Februari 2022

Melansir dari Web Budaya Tionghoa, pada zaman Orde Baru oleh adanya Peraturan Pemerintah No. 14/1967 banyak kelenteng (Chinese temple) yang berubah status menjadi vihara (Buddhist monastery/temple). Nama kelenteng Toa-sai Bio diganti menjadi Wihara Dharma Jaya Toasebio.

Hal ini dikarenakan hanya Buddhisme yang "diakui" sebagai agama oleh negara, sedangkan Konfusianisme dan Taoisme tidak.Timbulnya "dongeng" bahwa gereja Santa Maria de Fatima doeloenja ini kelenteng mudah dipahami. 

Vihara Toasebio ini pernah menjadi sejarah dan saksi bisu tragedi angke yang merupakan pembantaian kolonial Belanda terhadap etnis tionghoa dan aksi pembakaran massal pada tahun 1740 silam.

Pada tahun 1740 itu mengakibatkan Toasebio mengalami kebakaran habis, namun masih ada yang tersisa, seperti patung-patung dan tempat yang disebut sebagai tempat sakralnya yakni tempat untuk menaruh dupa yang letaknya di tempat tuan rumah ikut terselamatkan.

Halaman:

Editor: Husain F.P

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah