Antara Media Sosial dan Remaja, Ini Peran Orangtua agar Remaja Terhindar dari Pengaruh Buruk Media Sosial

1 April 2021, 14:42 WIB
ILUSTRASI// Instagram, salah satu media sosial yang banyak digunakan anak dan remaja /Pixabay.com/USA-Reiseblogger

JAKSELNEWS.COM - Pada zaman digital seperti sekarang, baik orangtua maupun anak berusia muda cukup dekat dengan teknologi dan media sosial. Pekerjaan, sekolah, pertemanan, jaringan, serta hiburan tersedia pada gadget Anda. 

Namun, seberapa sadar Anda sebagai orangtua terhadap pengaruh buruk media sosial bagi anak-anak Anda? Anak-anak dapat mulai mengakses media sosial sejak berusia 13 tahun atau lebih. 

Pada masa itu, anak sedang memasuki masa remaja dimana mereka membutuhkan pengakuan dari teman-teman. Media sosial dapat menjadi wadah yang baik agar anak belajar membentuk kelompok pertemanannya sendiri. 

Baca Juga: Apple WWDC Akan Digelar Secara Online

Namun, bagaimana dengan cyberbullying, masalah privasi, penipuan, dan online predator yang juga lekat dengan media sosial masa kini? Remaja juga dapat dengan mudah membelanjakan uang jajan mereka karena paparan berlebihan atas iklan dari media sosial. 

Lantas, bagaimana peran orangtua dalam menjaga remaja dari pengaruh buruk media sosial? Tentunya, orangtua perlu memberikan perhatian dan contoh yang baik tanpa terkesan "memerintah" atau "memaksa" remaja. 

Orangtua juga tidak dapat meminta remaja untuk tidak mengakses media sosial mereka sama sekali. Faktanya, media sosial dapat menjadi wadah remaja berekspresi, menyampaikan pendapat, terlibat dalam kampanye atau komunitas non-profit, bertemu dengan orang-orang dengan kesamaan minat, serta membagikan pengetahuan yang dimilikinya lewat konten media sosial. 

Baca Juga: Skill Pet Alien ETzin di Advance Server FF Bikin Untung, Yakin Gak Mau Coba?

Pertama, orangtua perlu memberi penjelasan pada remaja bahwa mereka perlu berpikir sebelum menuliskan komentar atau membagikan postingan pada media sosial mereka. Ingatkan mereka jika konten media sosial yang mereka posting dapat berdampak jangka panjang dan sewaktu-waktu mungkin berpengaruh buruk terhadap reputasi mereka. 

Orangtua perlu membantu remaja memahami tentang privasi dan keterbukaan mereka sehingga remaja dapat menentukan konten apa yang dapat dibagi pada ruang publik. Remaja juga seharusnya berhati-hati dengan orang asing agar tidak menjadi korban pelecehan seksual melalui media sosial. 

Orangtua dan remaja juga dapat bekerja sama untuk membuat semacam kontrak atau persetujuan mengenai penggunaan media sosial. Dalam kontrak tersebut, orangtua dan anak harus menandatanganinya agar kedua pihak menyetujui dan berusaha menerapkannya. 

Baca Juga: Episode 9 Drama 'Mouse' Tayang, Penggemar Soroti Jung Ba Reum yang Semakin Sadis

Tentunya, orangtua juga perlu adil terhadap aturan tersebut agar dapat menjadi contoh bagi anak. Dalam kontrak tersebut dapat ditulis perihal menjaga privasi, tidak memberikan informasi pribadi, dan juga batasan waktu penggunaan media sosial. 

Orangtua juga perlu mengembangkan komunikasi yang terbuka dan hangat dengan remaja agar remaja merasa nyaman bercerita tentang masalahnya dengan orangtua. Itu akan lebih baik ketimbang mereka membagikan masalah mereka melalui postingan yang dapat berdampak buruk di kemudian hari. 

Selain itu, akses yang sering terhadap media sosial seringkali dikaitkan dengan citra tubuh dan harga diri pada remaja. Biasanya remaja akan merasa tidak percaya diri akan bentuk tubuh atau dirinya karena melihat pengguna lain yang "terlihat sempurna". 

Baca Juga: Hati-Hati di Media Sosial, Diduga Ada Provokator Sebut Teroris Katedral Rekayasa

Melalui komunikasi yang terbuka dan hangat, remaja dapat menceritakan perasaan yang sedang ia alami. Pada akhirnya, orangtua dapat mendukung dan menyemangati remaja agar tidak merasa insecure atas apa yang mereka lihat di media sosial.*** 

 

Editor: Husain F.P

Tags

Terkini

Terpopuler